Puisi Kehidupan adalah salah satu jenis atau judul puisi yang mendeskripsikan tentang gambaran kehidupan, atau suasana alam, dan keadaan situasi atau kondisi seseorang dalam menjalani kehidupan ini. dimana didalam kehidupan dunia itu senantiasa berputar, dan berubah-ubah, ada kalanya kita ada dalam keadaan jaya, ada kalanya kita berada pada posisi yang serba kekurangan dan kelemahan, kadang -kadang dalam keadaan suka dan kadang ada dalam keadaan duka. begitulah hidup di dunia silih berganti.
Puisi kehidupan ini dapat menggambarkan Hakikat kehidupan sesungguhnya bahwa kehidupan dunia ini adalah tiada lain hanya sebagai tempat persinggahan sementara untuk menyiapkan bekal untuk menyongsong kehidupan yang hakiki nan kekal selamanya yaitu kehidupan akhirat. Di dunia ini kita hidup,dunia ini ladang bercocok tanam, dunia ini tempat kita beramal untuk mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal yaitu akhirat nanti.
Demikianlah prolog dari penulis semog menjadi bahan pemikiran dan renungan bagi kita semua, untuk terus menjadi orang yang sadar akan kehidupan, dan membuat hidup ini lebih bermakna dan bermanfaat.
Berikut cotoh-contoh puisi_nya :BIMBANG
Sabar.! Sabar.! Sabar.!
inilah seruan yang acap kudengar
Heran daku benar-benar
Adakah aku belum cukup bersabar
Sadar.! Sadar.! Sadar.!
inilah seruan yang acap kudengar
Heran daku benar-benar
Adakah ku belum tersadar
Semakin aku bersabar
Semakin aku terlantar
Semakin aku tersadar
semakin aku tersasar
(A.M Thahir)
Dari : Panji Pustaka
GUBAHAN
Beta bertanam bunga cempaka
Ditengah halaman tanah pusaka
Supaya selamanya segenap seketika
Harum berbau semerbak belaka
Beta berahi bersuka raya
Sekiranya bunga puspa mulia
Dipetik handai di usia muda
Dijadikan karangan nan permai kaya
Semenjak kuntuman sekecil semula
Beta berniat membuat pahala
menjadikan perhiasan atas kepala
Oh cempaka wangi baunya
Mari kupetik seberapa adanya
Biar ku gubah waktu muda.
(Mohammad Yamin)
Dari Pujangga baru
PERASAAN SENI
Bagaikan Banjir gulung gemulung
Bagaikan topan seruh menderu
Demikian rasa
Datang semasa
Mengalir, menimbun, mendesak, mengepung
Memenuhi sukma, menawan tubuh.
Serasa manis sejuknya embun
Selagu merdu desiknya angin
Demikian rasa
Datang semasa
Membisik, mengajak, aku berpantun.
Mendayung jiwa ke tempat dingin
Jika kau datang sekuat raksasa
Atau kau menjelma secantik juwita
Kusedia hati
Akan berbakti
Dalam tubuh kau berkuasa
Dalam dada kau bertahta.!
(J.E Tatengkeng)
Dari : Rindu Dendam
KAU JADIKAN
Kau jadikan kembang beraneka warna
Kau pancarkan matahari supaya dunia terang
Kataku untuk kami semua Ya Tuhanku
Mengapa besar benar kesayangan_Mu
melimpahkan rahmat tak ada hingga?
Kembang mengenakan kerabu menyambut fajar
teja bersorak-sorai dalam arakan, lekat terpikat sudah pandangku.
Mengapa pula Engkau tuangkan dadaku
penuh dengan lagu dialun rindu dengan madah di tayang-tayang.
(AOH, Karta Hadimadja)
Dari : Pembangunan
SUARA NYAWAKU
Dimusim baik saat yang baik
Aku terlupa senantiasa alpa
Tidak terkenang di dalam senang
Menyediakan payung tempat bernaung
Rasakan panas tidakkan lemas
Tidak ku ingat bisik semangat
Di musim susah dunia resah
Tergerak hati hendak berbakti
Inginkan tudung tempat berlindung
Tetapi apa hendak dikata
Pintu sudah terkatup belaka
Walaupun sukma menangis mengaduh
Aku takkan mungkin dapat berteduh
Hatipun kesal senantiasa menyesal
(Soeman Hs)
Dari : Panji Pustaka
DOA
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebar nama_Mu
Biar susah sungguh mengingat Kau penuh
Seluruh cahaya_Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi.
Tuhanku
aku hilang bentuk remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu_Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
(Chairil Anwar)
BUKAN BETA BIJAK BERPERI
Bukan beta bijak berperi
Pandai menggubah madahan syair,
Bukan beta budak negeri,
mesti menurut undangan mair
Sarat saraf saya mungkiri
Untai rangkaian seloka lama,
beta buang beta singkiri,
Sebab laguku menurut sukma
Susah sungguh saya sampaikan,
degup-degupan di dalam kalbu.
Lemah laun lagu dengungan
matinya di gamat raisan waktu
Sering saya susah sesaat,
sebab madahan tidak nak datang.
Sering saya sulit mendekat,
sebab terkurang lukisan mamang.
Bukan beta bijak berlagu,
dapat melemah bingkaian pantun.
Bukan beta berbuat baru,
hanya mendengar bisikan alun.
(Roestam Effendi)
Dari : Percikan Perenungan
LAM MASYARAKAT
Sedikit gemas bercampur sedih
pikirkan nasib kami melarat
Ideal benderang melambai jiwa
Badan diikat rantai masyarakat
Terbang ke langit biru ideal.
Dalam keluasan bebas angkasa
Menyongsong cahaya permai benderang,
Melahirkan perbuatan melampaui masa.
Demikian jiwa kami bermimpi
Dalam kesukaran masyarakat sekarang,
Membuat hidup kami pedih,
Tenaga material kami berkurang
(Ipih H.R)
Dari : Pujangga baru