BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia sejak krisis
ekonomi pada pertengahan 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut
memburuk. Sejak itu,pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak pernah mencapai
7-8 persen.Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan
ekonomi.Jika pertumbuhan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga
ada.Setiap pertumbuhan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa
mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen,
tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja
mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa
pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran
di Indonesia bertambah.
Bayangkan, pada
1997, jumlah penganggur terbuka mencapai 4,18 juta.Selanjutnya, pada 1999 (6,03
juta), 2000 (5,81 juta), 2001 (8,005 juta), 2002(9,13 juta) dan 2003 (11,35
juta). Sementara itu, data pekerja dan pengangguranmenunjukkan, pada 2001: usia
kerja (144,033 juta), angkatan kerja (98,812 juta),penduduk yang kerja (90,807
juta), penganggur terbuka (8,005 juta), setengah penganggur terpaksa (6,010
juta), setengah penganggur sukarela (24,422 juta) pada 2002: usia kerja
(148,730 juta), angkatan kerja (100,779 juta), pendudukyang kerja (91,647
juta), penganggur terbuka (9,132 juta), setengah penganggur terpaksa (28,869
juta), setengah penganggur sukarela tidak diketahui jumlah pastinya. Hingga
tahun 2002 saja telah banyak pengangguran, apalagi di tahun 2003 hingga 2007
pasti jumlah penggangguran semakin bertambah dan mengakibatkan kacaunya
stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulismengambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Jenis-jenis pengangguran
2. Faktor penyebab pengangguran
3. Apa yang menjadi masalah
pengangguran di Indonesia
4. Bagaimana keadaan pengangguran di
Indonesia
5. Bagaimana keadaan angkatan kerja dan
kesempatan kerja
6. Pengangguran mengakibatkan
kemiskinan
7. Cara mengatasi pemgangguran
C.Tujuan
Adapun tujuan
penyusunan makalah ini yaitu, sebagai berikut :
1.untuk mengetahui jenis-jenis pengangguran
2.untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
pengangguran
3.untuk mengetahui masalah pengangguran yang ada di
Indonesia.
4.untuk mengetahui keadaan pengangguran yang ada di
Indonesia.
5.untuk mengetahui keadaan angkatan kerja dan kesempatan
kerja yang ada di Indonesia.
6.Akibat-Akibat adanya pengangguran.
7.Cara-cara untuk mengatasi masalah pengangguran.
BAB II
(KAJIAN TEORI)
(KAJIAN TEORI)
A. Definisi Pengangguran
Definisi pengangguran secara teknis adalah semua orang dalam referensi waktu
tertentu, yaitu pada usia angkatan kerja yang tidak bekerja, baik dalam
artimendapatkan upah atau bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalam
arti mempunyai kegiatan aktif dalam mencari kerja tersebut. Selain definisi
diatas masih banyak istilah arti definisi pengangguran diantaranya:
Definisi pengangguran menurut Sadono Sukirno
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya
Definisi pengangguran menurut Payman J. Simanjuntak
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia
angkatan kerja yangtidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Definisi pengangguran menurut Menakertrans
Pengangguran adalah ornag yang tidak bekerja, sedang mencari
pekerjaan,mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan karena
merasatidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.Jenis-jenis
pengangguran
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau
tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran
dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
1.
Pengangguran
Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2.
Setengah
Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah
menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.
3.
Pengangguran
Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Macam-macam
pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi
beberapa jenis, yaitu :
a. Pengangguran
konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus
ekonomi.
b. Pengangguran
struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka
panjang. Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan,
seperti :
Akibat
permintaan berkurang
Akibat
kemajuan dan pengguanaan teknologi
Akibat
kebijakan pemerintah
c.
Pengangguran
friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang
muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja.
Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
d.
Pengangguran
musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya
pergantian musim tanam ke musim panen.
e.
Pengangguran
teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga
manusia menjadi tenaga mesin-mesin
f.
Pengangguran
siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian
(karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya
permintaan masyarakat (aggrerat demand).
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai berikut:
1. Besarnya
Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila
jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia.
Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
2. Struktur
Lapangan Kerja Tidak Seimbang
3. Kebutuhan
jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama
atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak
terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan
yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan
sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang
tersedia.
4. Meningkatnya
peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur
Angkatan Kerja Indonesia
5. Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah
mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya
dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan
tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke
negara lainnya.
C. Masalah Pengangguran di Indonesia
Pengangguran adalah istilah untuk
orang yang tidak bekerja sama sekali,sedang mencari kerja, bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu, atauseseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlahl apangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah- masalah sosial
lainnya.Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerjayang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan
politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah
mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur
dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang
merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan
pemborosan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada,menjadi beban keluarga
dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan
sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi
merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga
dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorongpeningkatan keresahan
sosial dan kriminal; dan dapat menghambatpembangunan dalam jangka
panjang.Pembangunan bangsa Indonesia kedepan sangat tergantung padakualitas
sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental sertamempunyai
ketrampilan dan keahlian kerja, sehingga mampu membangunkeluarga yang
bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yangtetap dan layak,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan danpendidikan anggota
keluarganya.
D. Keadaan Pengangguran di Indonesia
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena
jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga
kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga
kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya
pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang
menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang
kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses
ekspor impor, dll.Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar
9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang
berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78
juta) adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7
juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Situasi
seperti ini akan sangat berbahaya dan mengancam stabilitas nasional.Masalah
lainnya adalah jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam
kerja normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang.
Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah
dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivita srendah.
Dengan demikian masalah pengangguran terbuka dan setengahp enganggur berjumlah
38 juta orang yang harus segera dituntaskan.
E. Keadaan Angkatan Kerja dan Keadaan Kesempatan Kerja
Masalah
pengangguran dan setengah pengangguran tersebut di atas salah satunya
dipengaruhi oleh besarnya angkatan kerja. Angkatan kerja di Indonesia pada
tahun 2002 sebesar 100,8 juta orang. Mereka ini didominasi oleh angkatan kerja
usia sekolah (15-24 tahun) sebanyak 20,7 juta. Pada sisi lain, 45,33 juta orang
hanya berpendidikan SD kebawah, ini berarti bahwa angkatan kerja di
Indonesia.kualitasnya.masih.rendah.
Keadaan lain yang juga mempengaruhi pengangguran dan
setengah pengangguran tersebut adalah keadaan kesempatan kerja. Pada tahun
2002, jumlah orang yang bekerja adalah sebesar 91,6 juta orang. Sekitar 44,33
persen kesempatan kerja ini berada disektor pertanian, yang hingga saat ini
tingkat produktivitasnya masih tergolong rendah. Selanjutnya 63,79 juta dari
kesempatan kerja yang tersedia tersebut berstatus informal. Ciri lain dari
kesempatan kerja Indonesia adalah dominannya lulusan pendidikan SLTP ke bawah.
Ini menunjukkan bahwa kesempatan kerja yang tersedia adalah bagi golongan
berpendidikan rendah.Seluruh gambaran di atas menunjukkan bahwa kesempatan
kerja di Indonesia mempunyai persyaratan kerja yang rendah dan memberikan
imbalan yang kurang layak. Implikasinya adalah produktivitas tenaga kerja
rendah.
F. Pengangguran Mengakibatkan Kemiskinan
Tanggal 17 Oktober lalu komunitas global baru saja merayakan
hari anti kemiskinan se-dunia. Akan tetapi di negeri ini, kemiskinan adalah
simbol sosial yang nyaris absolut dan tak terpecahkan. Sejak masa kolonial
hingga saat ini predikat negeri miskin seakan sulit lepas dari bangsa yang
potensi kandungan kekayaan alamnya terkenal melimpah.
Cerita pilu kemiskinan seakan kian lengkap dengan terjadinya
berbagai musibah alam dan bencana buatan: gempabumi, tsunami, lumpur panas
Lapindo, dan kebakaran hutan yang diikuti kabut asap. Kantung-kantung
kemiskinan di negeri ini kian hari kian menyebar bak virus ganas, mulai dari
lapis masyarakat pedesaan, kaum urban perkotaan,penganggur, hingga ke
kampung-kampung nelayan.
Di era Orde Baru, misalnya, pemerintah menggalang berbagai
sarana dan cara untuk mengatasi kemiskinan. Pembangunan fisik digenjot di
berbagai bidang, pertumbuhan ekonomi menjadi fokus perhatian, investasi asing
digalakkan, berbagai jenis skema kredit investasi kecil dan kredit modal kerja
digelar, bahkan utang luar negeri pun ditempuh sebagai alternatif untuk
menopang idea of progress bernama pembangunan.
Akan tetapi, karena keberpihakan ideologis pemerintah
tak jelas, hasil pembangunan ala Orde Baru itu tak bisa sepenuhnya bisa
dirasakan rakyat lapis bawah. Yang terjadi, seluruh angka-angka keberhasilan
pembangunan yang digarap secara intens selama 30 tahun itu, rontok tersapu
krisis ekonomi dan gejolak politik tahun 1998.Meski pemerintahan terus
berganti, kemiskinan tetap saja menjadi virus endemis yang terus mendera
rakyat. Secara empirik, data pemerintah menunjukkan, 70 persen rakyat kita
menggantungkan sumber penghidupannya dari sektor ekonomi mikro berbasis sumber
daya alam terbarukan. Di sektor pertanian, petani kita telah sejak lama mengembangkan
tanaman pangan,holtikultura, perkebunan, dan peternakan. Di sektor kelautan dan
perikanan,nelayan kita sanggup mengembangkan perikanan budi daya, perikanan
tangkap,industri bioteknologi kelautan, dan non-conventional ocean resources.Sementara di sektor
kehutanan, masyarakat kita mampu mengoptimalkan pengelolaan hutan alam, hutan
tanaman industri, dan agroforestry.
Pada level global, Indonesia juga telah masuk dalam kategori
Negara yang paling gagal dalam pencapaian target-target Millenium Development Goals
(MDGs), sebuah komitmen global yang ikut ditandatangani pemerintah Indonesia
guna mengatasi masalah kemiskinan akut. Padahal, kucuran dana yang dating dari
World Bank, IMF, ADB, CGI, dan donor bilateral (baik dalam bentuk hibahm aupun
utang) yang mengatasnamakan penanggulangan kemiskinan mencapi angka puluhan
milyar dolar. Di sini, komitmen melawan kemiskinan menjadi patut
dipertanyakan.Contoh nyata melawan kemiskinan sebenarnya telah terbentang di
depan mata. Pada aras global, gerakan masyarakat sipil anti
globalisasi-neoliberal (sejak Seattle, Cancun, Hongkong, hingga Singapura)
terus menyerukan ”Globa lCall to Action Against Poverty”. Mereka dengan
gamblang menunjukkan berbaga metode dan aksi-aksi politik nyata guna melawan
sumber-sumber kemiskinan.Juga Ikhtiar seorang Muhammad Yunus, pemenang nobel
perdamaian 2006,yang mendesain model ”Bank Grameen” (dan fungsi
intermediasi)-nya sebagaisolusi efektif memerangi kemiskinan di Bangladesh,
sejatinya bisa menjadisumber inspirasi mutakhir bagi kita dalam melawan
kemiskinan.Masalahnya sekarang, apakah para elite, politisi, dan birokat kita
punyakeberpihakan ideologis untuk melawan kemiskinan? Adakah komitmen tegas
daripara penentu kebijakan negara untuk memberantas KKN secara radikal? Jik
anegara tak sanggup menyatakan perang terhadap kemiskinan, gagal dalammemerangi
korupsi, dan tetap malas melaksanakan agenda reformasi sebagai perintah
konstitusi, maka kemiskinan bangsa—yang di masa kolonial pernah disebut ”nation
van Koelis”—mungkin akan menjadi simbol abadi negeri ini.
G. Cara penaggulangan terhadap pengangguran
Ada berbagai cara mengatasi pengangguran, yaitu:
1.
Peningkatan Mobilitas Tenaga kerja dan Moral
Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan dengan
memindahkan pekerja ke kesempatan kerja yang lowong dan melatih ulang
keterampilannya sehingga dapat memenuhi tuntutan kualifikasi di tempat baru.
Peningkatan mobilitas modal dilakukan dengan memindahkan industry (padat karya)
ke wilayah yang mengalami masalah pengangguran parah. Cara ini baik digunakan
untuk mengatasi msalah pengangguran structural.
2.
Pengelolaan Permintaan Masyarakat
Pemerintah dapat mengurangi pengangguran siklikal melalui
manajemen yang mengarahkan permintaan-permintaan masyarakat ke barang atau jasa
yang tersedia dalam jumlah yang melimpah.
3.
Penyediaan Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja
Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian
informasi yang cepat mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga
kerja.
Masalah pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu
perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja, atau perusahaan seperti apa
yang cocok dengan keterampilan yang dimiliki. Masalah tersebut adalah persoalan
informasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diadakan system
informasi yang memudahkan orang mencari pekerjaan yang cocok. System seperti
itu antara lain dapat berupa pengumuman lowongan kerja di kampus dan media
massa. Bias juga berupa pengenalan profil perusahaan di sekolah-sekolah
kejuruan, kampus, dan balai latihan kerja.
4.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi baik digunakan untuk mengatasi
pengangguran friksional. Dalam situasi normal, pengangguran friksional tidak
mengganggu karena sifatnya hanya sementara. Tingginya tingkat perpindahan kerja
justru menggerakan perusahaan untuk meningkatkan diri (karir dan gaji) tanpa
harus berpindah ke perusahaan lain.
Menurut Keynes, pengangguran yang disengaja terjadi bila
orang lebih suka menganggur daripada harus bekerja dengan upah rendah. Di
sejumlah Negara, pemerintah menyediakan tunjangan/santunan bagi para
penganggur. Bila upah kerja rendah maka orang lebih suka menganggur dengan
mendapatkan santunan penganggur. Untuk mengatasi pengangguran jenis ini
diperlukan adanya dorongan-dorongan (penyuluhan) untuk giat bekerja.
Pengangguran
tidak disengaja, sebaliknya, terjadi bila pekerja berkeinginan bekerja pada
upah yang berlaku tetapi tidak mendapatkan lowongan pekerjaan. Dalam jangka
panjang masalah tersebut dapat diatasi dengan pertumbuhan ekonomi.
5.
Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Pengangguran terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja
yang tidak terampil dan ahli. Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang
sudah memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Masalah tersebut amat
relevan di Negara kita, mengingat sejumlah besar penganggur adalah orang yang
belum memiliki keterampilan atau keahlian tertentu.
6.
Wiraswasta
Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di
perusahaan tertentu, pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah
menjadi agak terpecahkan apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan
usaha sendiri atau berwiraswasta yang berhasil.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka kami dapat menyimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pengangguran adalah
seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi
belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat
pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi
maksimal yaitu masalahpokok makro ekonomi yang paling utama.
2.
Penyebab pengangguran :Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan
Kerja, Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang, Kebutuhan jumlah dan jenis
tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang, Meningkatnya
peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan
Kerja Indonesia, Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak
seimbang
SARAN
Dari kesimpulan di atas maka kami dapat menyarankan hal-hal
sebagai berikut ;
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan
sektor yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi
kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang
mengalami pengangguran.
DAFTAR PUSTAKA
-Ihrono TO, Pokok- Pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2006)
-Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi II,( Jakarta: PT Renika
Cipta, 1998)
-Mawardi, Ilmu Sosial Dasar,(Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2009)
-Munandar. M- Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu
Sosial,( bandung: PT -Refika Aditma, 2006)